Langsung ke konten utama

Kepemimpinan Strategi

KEPEMIMPINAN STRATEGI

Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin. Kepemimpinan menunjukkan sifat atau gaya seseorang dalam memimpin seseorang atau organisasi.
Kepemimpinan merupakan masalah pokok sumber daya manusia yang harus mendapat perhatian manajemen strategi karena beberapa hal berikut.
1.        Meningkatnya persaingan, baik tingkat nasional maupun tingkat internasional.
2.        Semakin kompleks dan besarnya perusahaan yang memerlukan dukungan manusia (kepemimpinan) yang bermutu.
3.        Semakin tingginya tenaga yang tersedia.
4.        Semakin beragamnya nilai-nilai manajerial dan gaya kepemimpinan akan memengaruhi penyusun strategi untuk mendelegasikan wewenang dan tanggung jawabnya.
5.        Mengahdapi berbagai perubahan yang tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga nonekonomis.

Kepemimpinan Strategi
Kepemimpinan strategi meliputi kemampuan mengantisipasi, memiliki visi dan mempertahankan fleksibilitas, memberikan kuasa kepada orang lain untuk menciptakan perubahan strategi yang perlu (Hittes, 1996 : 351).
Kepemimpinan strategi menuntut kemampuan mengakomodasi dan mengintegrasikan kondisi-kondisi eksternal ataupun internal dan kepemimpinan kompleks. Kepemimpinan harus sanggup memanfaatkan proses manajemen strategi dengan sukses.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan strategi memegang peranan utama dalam menyukseskan manajemen strategi.
Bitt, Ireland, dan Hiskosson (1996 : 361) mengemukakan beberapa peran penting kepemimpinan strategi, yaitu sebagai berikut.
1.        Menentukan arah strategi, merujuk pada pengembangan pandangan jangka panjang tujuan strategi perusahaan.
2.        Memanfaatkan dan mempertahankan kompetensi inti. Kompetensi adalah sumber daya dan kemampuan yang berguna sebagai sumber keunggulan bersaing perusahaan atas pesaing-pesaing lain. Secara khas, kompetesi inti berkaitan dengan kemampuan fungsional perusahaan, seperti manuftaktur, keuangan, pemasaran, penelitian dan pengembangan.
3.        Mengembangkan modal manusia, mengacu pada pengetahuan dan kemampuan tenaga kerja perusahaan.
4.        Mempertahankan budaya yang efektif. Budaya korporat adalah seperangkat ideologi kompleks, simbol dan nilai yang dimiliki bersama seluruh organisasi dan memengaruhi cara perusahaan itu menjalankan bisnis.
5.        Mengembangkan kontrol strategi. Kepemimpinan strategi mampu mengembangkan pengendalian strategi dan pengawasan keuangan dengan maksud mendaptkan pengembalian jangka panjang yang lebih positif.
6.        Menekankan praktik etis. Pemimpin strategi juga harus berupaya mengubah praktik etis dalam berbisnis.

Keenam peranan penting kepemimpinan strategi tersebut dapat digambarkan sebagai  berikut :

Gambar 31.1
Pelaksanaan Kepemimpinan Strategi

Hitt menyimpulkan tentang kepemimpinan strategi, yaitu sebagai berikut.
1.        Kepemimpinan strategi efektif diperlukan untuk menunjukkan dan menerapkan strategi dengan sukses. Kepemimpinan strategi mencakup kemampuan untuk mengantisipasi, melihat mempertahankan fleksibilitas dan memberikan wewenang kepada orang lain dalam menciptakan perubahan strategi. Strategi ini mempunyai efek penting terhadap upaya perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan memperoleh keuntungan di atas rata-rata.
2.        Kepemimpinan strategi mencakup penentuan arah strategi, pemanfaatan dan pemeliharaan kompetisi inti, pengembangan modal manusia, pemeliharaan budaya korporat yang efektif, penekanan praktik-praktik etis dan pembangunan pengendalian strategi. Penentuan arah strategi menurut visi dan kemampuan menanamkannya ke seluruh perusahaan. Kompetisi inti merupakan sumber daya dan kemampuan yang berguna sebagai sumber keunggulan bersaing perusahaan terhadap para pesaingnya untuk mencapai pemikiran sumber daya yang lebih dan skala ekonomis dalam pemanfaatan sumber daya, pengembangan, eksploitasi dan pemeliharaan kompetesi inti oleh pemimpin-pemimpin strategi menjadi strategi perusahaan dan kinerja berikutnya. Misalnya tim manajemen puncak yang mempunyai pasar signifikan dan pengetahuan penelitian dan pengembangan dan/atau keahlian sering memperkuat efektivitas perusahaan jika tim tersebut membawa perusahaan pada penerapan strategi yang berorientasi pada pertumbuhan.
3.        Kepemimpinan strategi juga mencakup penekanan praktik-praktik etis. Praktik etis membantu menciptakan reputasi positif; praktik ini diinginkan dengan mengembangkan budaya korporat yang menekankan nilai-nilai etis yaitu mengusahakan manajer berfungsi sebagai mode panutan, menyewa karyawan yang mempunyai nilai-nilai etis perusahaan dan memberikan imbalan bagi perilaku etis.

4.        Kepemimpinan strategi mencakup pengembangan dan pemeliharaan pengendalian strategi. Kontrol strategi menekankan pengembangan antara evaluasi tindakan strategi dengan hasil keuangan dan tindakan seperti itu.

Sumber: Manajemen strategi pemasaran oleh Dr. H. Nana Hardiana Abdurrahman, S.E., Ak., M.M.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI INDONESIA Pendahuluan Perusahaan bukan hanya sebagai organisasi bisnis, melainkan juga berfungsi sebagai organisasi sosial. Perusahaan yang hanya berorientasi bisnis (mencari laba-profit) akan menghadapi tantangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perusahaan didirikan dengan harapan untuk dapat bertumbuh secara berkelanjutan ( sustainable growth ). Agar terus bertumbuh, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk hidup. Kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan sosial perusahaan, seperti kemampuan perusahaan untuk mengendalikan dampak lingkungan, menggunakan tenaga kerja dan lingkungan di sekitar lokasi pabrik, aktif melakukan kegiatan sosial, memberikan perhatian pada peningkatan kepuasan konsumen dan memberikan pertumbuhan laba yang layak bagi investor ( Potter, 2006). Pemerintah menyadari perlunya tanggung jawab sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility/CSR ). Untuk itu pemerintah menetapkan Undang-Undan

PERMINTAAN AKAN UANG :TEORI-TEORI KLASIK

IRVING FHISER MV T = PT ………………………………. (1)              Didalam setiap transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli harus sama dengan jumlah uang yang diterima oleh penjual . Hal ini berlaku pula untuk seluruh perekonomian : didalam suatu periode tertentu nilai dari barang-barang/jasa-jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang-barang yang dijual. Nilai dari barang-barang yang dijual sama dengan volume transaksi(T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut(P). Di lain pihak nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus pula sama dengan volume uang yang ada di dalam masyarakat(M) dikalikan berapa kali rata-rata uang bertukar dari tangan satu ketangan lain,atau rata-rata “perputaran “uang,dalam periode tersebut (V T ) . MV T =PT adalah suatau identitas, dan pada dirinya bukan merupakan suatu teori moneter. Identitas ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi suatu teori moneter sebagai berikut V T atau “transact